Sabtu, 09 Agustus 2008

Tentang Kacang Polong


Dulu..dulu sekali gk inget sejak umur berapa aku punya cita2 jadi Jenderal Soedirman coz dari cerita bapak aku yang purnawirawan AD dia adalah seorang yang luar biasa, inspirator bagi para pejuang dan juga tentara jaman sekarang ( aku pikir salah satu fans berat beliau adalah my father sendiri ).

Setelah Aku masuk SD n mulai bisa membaca aku tau dari pelajaran PSPB klo Jend. kita ini mengalami masalah gagal jantung sehingga waktu beliau memimpin gerilya pada perang mempertahankan kemerdekaan, beliau dlm kondisi di by pass jantungnya.
Wah..!! betul2 luar biasa.
Namun..Hal itu menyurutkan cita2ku untuk menjadi Jend Soedirman, coz..emang luar biasa seh..tapi sapa yang mau di bypass jantungnya ??? Dan ternyata setelah beberapa waktu sekolah aku jd sadar bahwa ya..gk mungkin juga kita punya cita2 jadi orang lain...klo bisa yach..mungkin banyak yang rebutan cita2 pengen jadi Raja Majapahit misalnya...kan hebat tuh !!

Setelah gagal total dengan cita2 jadi Jend. Soedirman, aku beralih ke cita2 jadi Dokter, Insinyur, Pengacara, Guru Pencak Silat dan profesi2 lainnya yang terus berubah-ubah sejak kelas 2 SD sampai SMU.

Suatu hari aku baca terjemahan buku " Mastnawi " karya sang pujangga sufi Jallaludin Rumi. Dalam salah satu bab ada cerita tentang seorang ibu rumah tangga yang sedang memasak sayur dengan bahan utama kacang polong atawa klo di Jawa orang biasa sebut juga kacang kapri. Dalam cerita itu si Kacang Polong ini menjerit2 protes ketika direbus dengan air mendidih.

Sang Ibu pun berkata : " Wahai Kacang Polong yang baik...sudah sepantasnyalah kamu sedikit merasakan penderitaan panasnya air dalam kuali, sebagai ganti kemurahan Allah selama ini yang melimpahimu dengan hangatnya sinar mentari, sejuknya embun dan air hujan dan nyamannya tanah subur tempatmu tumbuh..sehingga kamu tumbuh menjadi kacang polong yang subur dan berbuah lebat. "

" Biarkan panasnya air ini membuat dirimu lembut sehingga menjadi hidangan yang lezat untuk kami santap sekeluarga, itulah !.. itulah takdirmu yang sebenarnya. Puncak dari kehidupanmu..menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupan umat manusia. " tutur ibu itu dengan lembut.

Dan si Kacang Polong pun sadar dan rela bahkan bahagia bahwa kini dia akan menjemput takdirnya..takdir kehidupan akhirnya..memberikan manfaat untuk umat manusia.

Ya..sodaraku, mungkin Rumi ingin mengatakan pada kita semua, bahwa kita telah terlimpahi nikmat Allah yang luar biasa banyaknya, bahkan seandainya seluruh pohon di dunia ini dijadikan pena dan seluruh air di lautan dijadikan tinta maka takkan sanggup menulis seluruh karunia Sang Pencipta Allah azza wa Jalla. Dan suatu saat dalam hidup kita, Allah pun memberikan cobaan untuk menempa kita, silih berganti...Nikmat..Cobaan..Karunia..Ujian... dan semuanya itu untuk melembutkan hati dan jiwa kita sebagaimana air mendidih melunakkan sang Kacang Polong. Tempaan2 itu akan membuat hati kita lembut..membuat kita menjadi rendah hati..mawas diri..bijaksana..jiwa kita tercerahkan...dan..menemukan makna kehidupan.

Dan akhirnya kita siap menyongsong takdir kita : Menjadi orang yang berguna dan membawa manfaat sebesar-besarnya bagi orang-orang disekitar kita.

Dan sejak itu aku ingin jadi Kacang Polong !!!

Tidak ada komentar: